Rules of the Game

007-2025

Indonesia sebenarnya mempunyai produk hukum yang sangat lengkap dan sangat bagus kalau diimplementasikan dan tidak berubah-ubah penerapannya dan pengendaliannya. Orang-orang Indonesia sangat mahir membuat produk hukum yang memikirkan A-Z poin-poin yang harus diatur, Kita harus akui itu. Tapi, permasalahannya aturan ini hanya dibuat tetapi tidak ditegakkan. Lebih baik konsisten menerapkan aturan yang jelek ketimbang membuat aturan yang sempurna tapi tidak pernah diterapkan. Alasannya seperti ini.

Hukum itu adalah rules-of-the-game. Sebagaimana yang kita ketahui, tidak ada aturan yang adil. Contoh dalam game, semua menguntungkan final-boss, tapi saat aturan ditegakkan, kita tahu harus berbuat apa saja, seperti menyelesaikan quest, upgrade senjata, upgrade skill, dan lainnya. Lain halnya dengan aturan yang berubah-rubah, tidak konsisten, suka-suka game maker-nya atau penegak aturan. Tiba-tiba quest kita dianggap tidak bernilai, harus menyelesaikan yang lainnya, atau senjata kita jadi tidak berguna karena mendadak boss menjadi kebal. Keadaan akan kacau dan tidak terkendali. Permainan jadi tidak menarik lagi dan ditinggalkan.

Analogi lainnya hukum alam terkait musim. Musim selalu bisa diprediksi. Ada yang 2 musim, ada yang 4 musim. Dengan aturan yang tidak berubah ini, kita bisa merencanakan semuanya dari musim tanam, persiapan musim dingin, perencanaan struktur rumah, dan lainnya. Bahkan yang dapat musim ekstrim pun seperti di negara Eropa yang sangat dingin bisa menjadi lebih maju dari pada negara Indonesia yang musimnya sangat nyaman dan memanjakan. Tapi, apa jadinya juka musim yang tidak menentu? Suka-suka alam – kadang kemarau, kadang salju, kadang tiba-tiba mendadak panas. Kita akan kebingungan.

Jadi, fungsi rules-of-the-game adalah untuk menjamin kita membuat strategi sesuai peraturan yang ada. Bukan perkara bagus atau tidak peraturannya, tetapi seberapa konsisten hukum itu tidak berubah dan suka-suka penegak aturan. Contoh negara 4-musim, suhunya ekstrim, tidak adil jika dibandingkan 2-musim yang suhunya stabil. Tapi bukan bagus atau adilnya aturan, tetapi musim ini datang selalu konsisten dan akhirnya kita bisa membuat strategi dari situ.

Negara yang konsisten dengan penegakan hukumnya selalu maju. Terus mengapa Amerika Serikat yang hukumnya longgar (liberal) bisa maju juga? Amerika Serikat menganut sistem liberal bukan berarti hukumnya berubah-ubah, rules-of-the-game nya konsisten. Konsisten dengan pahamnya yang liberal. Tidak hari ini liberal, besok sore tiba-tiba jadi sosialis. Semua orang akhirnya bisa membuat strategi berdasarkan ini, dan memegang kesepakatan bersama ini.

Terus apa yang harus dilakukan jika Indonesia ingin penegakan hukumnya konsisten, yang tentunya mengarah ke Indonesia Emas:

Satu solusi dan low hanging fruit: penegakan hukum di jalan raya yang konsisten. Hal ini baik dari hulu perbaikan kualitas pembuatan SIM, tilang yang proporsional, sampai ke hilir penegakan rambu-rambu dan etika berlalu lintas. Kenapa ini low-hanging fruit atau paling gampang dilaksanakan? Karena 10-15% waktu hidup kita itu di jalan raya, terutama di kota besar. 10% aja kita taat hukum, akan terbawa ke kehidupan hukum yang lain. Tidak ada negara maju yang kualitas penegakan aturan di jalan raya nya amburadul dan suka-suka, atau berubah sesuai interpretasi.

Ini tes sederhana terkait etika di jalan raya yang ada di UU Lalu Lintas dan regulasi berkendara internasional:

  1. Jika kita di perempatan (tidak ada lampu merah) dan posisi kita keluar dari jalan lebih kecil belok kanan ke jalur utama, apa yang harus kita lakukan:
    • Menunggu jalur sepi
    • Mengambil kesempatan jika terlihat aman
    • Memajukan ujung kendaraan sehingga menghentikan arus jalanan utama
  2. Jika kita di bundaran (roundabout) dan akan lurus, apa yang harus kita lakukan:
    • Menunggu arus dari sisi kanan agar tidak terjadi tabrakan
    • Tetap lurus karena jalur lurus adalah jalur diutamakan

Jawabannya 1 adalah mengambil kesempatan jika terlihat aman karena jalur utama adalah jalur yang kita berikan prioritas. Kita tidak perlu menunggu jalur sepi karena akan menghambat lalu-lintas. Jawaban 2 adalah menunggu arus dari sisi kanan roundabout selesai. Walaupun di kasus nomor 1 jalur utama adalah jalur yang diprioritaskan (biasanya jalur lurus), namun pada roundabout kita akan mempersilakan arus dari kanan dulu.

Intinya adalah konsistensi hukum itu perlu, karena kita akan membuat strategi dari situ, baik itu dari sisi aturan pendidikan (misalkan ujian nasional ada, kemudian dihilangkan, terus ada lagi. Ini membingungkan), kemudian aturan berusaha yang tidak berubah-ubah seperti izin berusaha, pajak, dan penegakan hukumnya, atau aturan berlalu-lintas (selalu konsisten, tidak berdasarkan persepsi terkait penegakannya).

    Comments

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *