Adab dalam Bercerita

014-2025

Sewaktu umroh 2023 lalu, muthowif bercerita tentang hadist dan perilaku nabi. Beliau mengambil jurusan hadist di Madinah dan salah satu murid yang kata dia sanadnya bersambung ke Rasullulah. Kata dia, kalau menyampaikan sesuai tentang nabi, beliau diberikan petuah dari gurunya dan gurunya lagi, jika bercerita tentang nabi, asumsikan bahwa nabi juga sedang duduk mendengarkan apa yang kita katakan tentang beliau di majelis itu.

Jika perkataan atau cerita kita itu benar, maka nabi akan membenarkan cerita kita. Tetapi jika kita tambah-tambahkan, maka nabi akan mengatakan sesungguhnya tidak demikian. Artinya apa pesan guru beliau ini? Bahwa menyampaikan hadist itu harus berhati-hati, tidak kita tambahkan sesuai dengan nafsu kita atau jika kita tidak memiliki ilmu tentang itu, ini sama saja berdusta atas nama nabi dan berat sekali konsekuensinya.

Nah, di beberapa diskusi forum online atau katakanlah majelis bebas daring, beberapa orang mengutip, memotong konteks, menginterpretasikan sendiri, menghayalkan ulang dan berhalusinasi terkait hadist-hadist padahal tidak berkompeten di situ, belum pernah mengambil studi tentang itu, atau menghayal-hayal sendiri interpretasinya sesuai yang dia mau.

Semoga kita tidak termasuk orang yang menambah-nambahkan hadist dan selalu berprasangka baik kepada Allah dan Rasulnya.

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *