Strategi Penjualan

016-2025

Barusan saya dapat driver grab car orang Padang. Karena platnya adalah Jakarta Selatan saya pikir dia mau balik ke Jakarta, soalnya saya ngambil titik berangkat dari Cikarang ke rumah saya di Jakarta. Ternyata dia memang orang Cikarang tapi ibunya tinggal di Jakarta Selatan. Dia cerita start dari 0 lagi karena tertipu paman kandung sendiri yang ngambil modal usaha dia. Terlepas apapun itu, dalam satu jam diskusi di mobil ini yang bisa saya ambil pelajaran terkait cara berdagang orang Padang. Ilmu mahal kalau menurut saya.

Satu, dengerin kata ibu. Mau nggak suka sama keputusan ibu, pertimbangan beliau adalah restu usaha kita. Dia menyesal karena mengabaikan restu ibunya dan merugi 1.5 milyar. Sekarang kata dia kalau ibunya bilang nggak, saya ikut. Restu dia di ibunya.

Dua, due diligence itu penting. Penghianatan terbesar itu justru terjadi dari orang yang paling dekat. Anjing dikasih makan akan membela tuannya. Manusia dikasih makan bisa jadi menerkam tuannya. Jadi, bantu orang secukupnya dan jangan sampai menjadi ketergantungan.

Tiga, sekali pengusaha tetap pengusaha. Pengusaha itu adalah mentalitas bukan lakonan pekerjaan. Jadi saat mereka di bawah atau titik 0, mereka pasti memikirkan cara lagi untuk kembali ke atas. Mereka tahu caranya ke atas lagi dan mulai lagi. Mereka juga dengan senang hati berbagi.

Nah itu sih pengalaman yang bisa diambil. Tapi apa sih sebenarnya yang diceritakan saat 1 jam perjalanan?

Pak Driver ini dulunya pengusaha. Di 2019 dia buka toko Serba 35. Kata dia yang punya toko ini pasti orang kampung dia karena pola penjualan, cara bagi hasil, ambil barang, set up harga, dan penanam modal ilmunya dishare sesama orang kampung dia di Padang.

Di set-up pricing, dia bilang kenapa 35.000 karena itu sudah tengah-tengah. Orang kasih 50.000 kita kembalian 15.000. Tidak terlalu mahal dan gak kemurahan juga. Masih bisa ambil margin walaupun tipis. Kemudian kalau orang kasih 100.000, kita bilang ambil 3 barang saja, diskon 5.000. Begitu seterusnya kalau dia beli banyak. Selain itu mengurangi tawar-menawar juga karena gap harga gak terlalu jauh sama kembalian.

Kemudian orang kampung dia itu kata dia suka main di volume bukan di harga. Harga di margin rendah gak masalah tapi volume harus di atas 200 transaksi sehari. Harga itu sensitif untuk orang Indonesia. Murah dikit ke tempat lain. Kalau harga dibikin fix dan margin kecil, kita jadi main di volume. Nah untuk menambah volume ini bisa dicampur dengan sistem kupon. Beli 100.000 dapat kupon. Nanti diundi dapat TV, kulkas atau motor.

Kualitas juga harus diperhatikan. Dia bilang dia nggak mau beli barang bekas atau thriftingan. Dia bilang beli barang selalu yang gress, barang impor, ambil di distributor langsung. Partainya juga ambil yang gede sekalian, gak bisa main di kecil-kecil. Dia bilang modal awal dia 500 juta. Itu didapat dari orang kampung dia. Dia bilang donatur. Investor lah ya. Sistemnya bagi hasil, 50 buat pelaku usaha, 50 buat pemilik modal. Biasanya 6 bulan sudah balik modal kata dia dengan asumsi gini timing dan lokasi yang pas.

Timingnya adalah buka 3 bulan sebelum Ramadhan, which is sekarang ya, pas Rajab, hehehe. Orang kalau puasa itu belanja perintilan macam-macam. Ada yang beli baju, gantungan kunci, mainan, tempat minum, ya macem-macem lah yang harganya flat 35.000.

Lokasi yang pas buat jualan ini bukan di kota besar, tapi di kota kecil. Kota besar macam Jakarta gampang bandingin harga 35.000 ini kemurahan atau nggak. Kemudian sudah jenuh juga. Jadi dia buka toko pertama di Karawang. 6 bulan balik modal 500jt dijadiin toko ke dua di Cikarang. Kata dia, kalau sudah sukses bantu keluarga lain, akur-akur dengan saudara. Jadi toko ke dua dia dikasih ke adiknya. Nah toko pertama, dia percayakan ke pamannya yang ternyata benalu. Dia sudah diingetin sama hampir sepuluhan orang kalau itu orang bermasalah. Dia pikir adik ibunya itu gak mungkin macam-macam, masih satu darah, tapi ternyata modalnya kegerus. Serba 35 ini margin tipis, kalau sudah tergerus modal, susah ngangkat lagi. Sewa tempat gak ketutup, barang gak bisa kebeli lagi karena perputaran kacau, akhirnya bangkrut. Padahal si paman sialan ini baru masuk kurang dari setahun di 2023 lalu, niatnya mau bantu paman ini dari kampung. 2024 usaha dia bangkrut, rugi 1.5 milyar gara-gara modal habis. Jadi ini pentingnya ada due diligence kalau alarm sudah bunyi, atau laporan-laporan sudah masuk.

Apakah main di volume itu menguntungkan? Serba 35 aja survive. Balik modal 6 bulan. 4 tahun kata dia banyak yang bisa beli ruko yang dia tempati. Growth-nya ada asalkan pekerja keras.

Pak driver ini juga tidak pelit berbagi ilmu dia dan mau semuanya maju sama-sama. Orang-orang kampung dia diajak usaha Serba 35 ini. Orang kampung dia juga saling support dengan pemberian modal usaha ini.

Intinya sih ya orang Padang ini jago bikin usaha dan bikin sistem terus proven buat kondisi di Indonesia, entah itu sistem mato di rumah makan padang, atau konsep-konsep serba 35. Ya kan pak Hatta dari Padang juga, dia bikin konsep Koperasi sebagai konsep berusaha bersama-sama.

Comments

One response to “Strategi Penjualan”

  1. […] satu kampung miliarder di Tuban yang jatuh miskin hanya dalam 3 tahun. Sementara di sisi lain ada pengusaha yang mulai dari 0 dan merangkak lagi. Ibaratnya Power vs Knowledge. Penduduk di Tuban dikasih power tapi 0 knowledge, […]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *