Bahasa Banjar

008-2025

Suku Banjar atau Urang Banjar atau Orang Banjar itu punya beberapa keunikan dari sisi bahasa, budaya, dan makanan. Kita ulik dari bahasanya dulu:

2 Dialek Utama

Banjar Banjar punya banyak dialek yang bisa dibagi jadi 2 dialek besar hulu dan hilir. Ini merujuk ke hulu sungai Martapura meliputi Kandangan, Amuntai, dan sekitarnya. Hilir sungai adalah Banjarmasin, Martapura, Pelaihari, dan sekitarnya. Tapi ini bisa dibagi sub-sub lagi, cuma secara umum kita bagi 2 dulu.

Vokal Terbatas

Secara umum bahasa Banjar tidak mengenal e dan o, hanya a, i, dan u. Seperti Orang Banjar menjadi Urang Banjar atau bola menjadi bula atau kemaren menjadi kamarian atau esok jadi isuk atau emas jadi amas (bukan imas seperti esok).

Selain itu bahasa Banjar tidak mengenal 2 konsonan yang berdekatan seperti Prajurit, Pramuka, Kranggan dan lainnya. Biasanya akan ditambahkan vokal pengiring. Contoh, Scoopy dialih bahasa ke Indonesia adalah Skupi, karena ada konsonan berdekatan menjadi Sekupi. Berhubung orang Banjar terbiasa dengan A, I, dan U makan jadi alih bahasa menjadi Sakupi. A, I, dan U ini biasanya di daerah hulu, namun di hilir karena terpapar modernisasi termasuk adanya pelabuhan yang jadi pertukaran budaya dengan Jawa dan Makassar maka E dan O sering digunakan.

Banyak Partikel

Bahasa Banjar banyak sekali menggunakan partikel. Biasanya mencerminkan banyak makna terutama jika membacanya dengan logat tertentu. Partikel ini seperti kah, ay, pang, kan/akan, i, an, nya, dan lainnya. Seingat saya pernah baca ada 11 tapi lupa apa saja. Penggunaan artikel ini sebenarnya menambah makna dan penekanan maksud kalimat atau kata.

Genderless

Bahasa Banjar tidak mengenal She/He, semua dipanggil Inya (Dia) sama seperti bahasa Indonesia. Walaupun genderless bahasa Banjar memiliki tingkatan panggilan seperti untuk kamu: Pian, Ikam, Nyawa atau saya: Ulun, Aku, Unda.

Sama halnya dengan panggilan keluarga memiliki tingkatan juga tetapi genderless:

Julak – anak pertama kakek

Golo/Gulu – anak kedua kakek

Amang-Acil – anak ketiga. Amang laki-laki, acil perempuan

Paman-Acil – anak keempat dan seterusnya

Jadi mau laki-laki atau perempuan anak pertama selalu dipanggil Julak, genderless word. Anak kedua Golo/Gulu walaupun dia laki-laki atau perempuan. Nah di bahasa Banjar yang sekarang Julak dan Golo ini jarang dipakai, biasanya dipakai Om dan Acil atau Paman dan Acil.

Struktur

Bahasa Banjar kadang pakai struktur S-P-O, tapi kadang pakai P-O-S. Kalau S nya terakhir lebih sebagai keterangan. Contoh: haus mata ulun, atau artinya kalap saya. Kadang dengan menyebut “kalap” saja sudah cukup, jika dalam percakapan karena sama-sama saling mengerti dalam konteks sebelumnya siapa yang kalap. Tapi karena disebutkan ulun atau saya, maka yang kalap adalah saya.

Menarik ya khasanah Bahasa Banjar ini. Nanti kalau ingat saya akan tuliskan lagi part-2 nya. Sementara itu dulu.

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *